Part 1
My Future I’m Coming……!
Aula Akademi Ilmu Kebidanan, Jakarta, Indonesia.
Ruangan
Aula Akademi Ilmu kebidanan penuh sesak dengan kerumunan-kerumunan wisudawan.
Yahh…benar, hari ini adalah dimana semua mahasiswa kebidanan memulai hidupnya
sebagai seorang Bidan baru, tenaga kesehatan khusus untuk ibu dan anak.
Mereka
semua disumpah demi agama mereka masing-masing, berjanji untuk selalu
senantiasa memberikan pelayanan sesuai dengan kewajibannya sebagai seorang
Bidan.
Vindha
Alinaya Shindrata, tersenyum menghadap kamera untuk berfoto bersama kedua orang
tuanya. Hari ini menjadi hari yang sangat bersejarah baginya, hari dimana ia
dan teman-temannya telah resmi menjadi tenaga kesehatan bidan.
“Vindhaa…..!!!”
teriak seorang gadis yang berlari menghampiri vindha sambil melambaikan tangan
di kerumunan orang.
“Nandaa….!!!”
Teriak vindha spontan ketika berbalik melihat seseorang yang memanggilnya tadi.
Mereka berpelukan seperti tidak bertemu bertahun-tahun lamanya.
“Kapan
pulang?? Jahat,, tidak kasih kabar ke aku. Setidaknya kan aku bisa jemput kamu
di bandara.” Celetuh vindha sambil memperlihatkan senyum khas lesung pipitnya
yang indah, mata sipitnya memperlihatkan
kebahagiaannya hari ini.
“Aku baru
datang beberapa jam yang lalu. Aku sengaja pulang cepat-cepat dari liburan
indahku untuk menghadiri wisudamu ini.” Balas Nanda sambil mengernyitkan
alisnya lalu tersenyum.
“Waaahh,
kamu harus cerita liburan indah ke Korea selatanmu itu denganku. Mana ole-oleku???”
kata vindha sambil menadahkan kedua tangannya pada sahabat kecilnya itu. Nanda
hanya menepuk tangan sahabatnya itu.
“Aisshh,,
dasar kau. Nanti ku ceritakan, sekarang mari kita berpesta.” Balas Nanda
singkat lalu tersenyum simpul. Mereka berdua langsung berbaur dengan kerumunan
orang untuk berpesta bersama.
Ruangan Obgyn Rumah Sakit Internasional, Jakarta, Indonesia.
“Salam
kenal namaku Park Shin Wook, mohon kerjasamanya”. Kata seorang pria tinggi
berkulit putih dengan bahasa Indonesianya yang lancar tapi tetap dengan dialek
khasnya yang aneh.
“Salam
kenal juga..heheh,,” kata seorang perawat dengan senyum lebarnya. Sedangkan dua
orang bidan yang terdapat diruangan obgyn tersebut hanya berdecak kagum melihat
sosok pria tampan itu.
“Ohh,,,Shin
Wook kamu sudah datang,” kata seorang pria tua beruban dan berbadan besar
berusia kira-kira 50 tahunan dengan jubah putih bersihnya datang dari balik
pintu. Shin Wook menundukkan kepalanya tanda memberi salam. “Kalian sudah
saling berkenalan?” Lanjut Pria tua itu yang ternyata Dr. Eddy Rafael ketua
Obgyn RSIJ (Rumah Sakit Internasional Jakarta) sambil melirik kearah perawat
dan bidan-bidan yang ada diruangan itu.
“Kenalkan
dia Dr. Park Shin Wook dari korea selatan, dia akan menggantikan sementara Dr.
Sri Murti yang sedang melanjutkan studi kedokterannya
di korea selatan.” Lanjut Dr. Eddy memperkenalkan.
“Jadi,,
Dr. Park Shin Wook yang akan menggantikan Dr. Sri Murti,, Salam kenal namaku
suster Clara, mereka adalah bidan Resti dan bidan Karin.” Kata suster Clara
sambil menunjuk kedua rekannya, bidan Resti yang berbadan besar berumuran 38
tahun dan bidan Karin yang postur tubuhnya lebih kecil dibanding bidan Karin
yang berusia 35 tahun. Sedangkan suster Clara sendiri berusia 27 tahun, mereka
semua sudah berkeluarga.
“Kalian
harus membantu Dr. Park, dia baru pertama kali datang ke Indonesia dan belum
terlalu tahu tempat ini. Baiklah aku ada operasi SC (Sectio Caesarea) sebentar
lagi” Kata Dr. Eddy sambil membuka pintu dan keluar dari ruangan, semua orang
menundukkan kepala kepada Dr. Eddy.
“Aneh,tapi
kenapa bahasa Indonesiamu bisa lancar?” Tanya bidan Karin yang melanjutkan
obrolan kepada Shin Wook.
“Ohh… aku
sudah terbiasa berbahasa Indonesia sejak kecil, ayahku berkebangsaan Korea
sedangkan Ibu asli Indonesia. Ibu selalu mengajariku dan bercakap menggunakan
bahasa Indonesia.” Kata Shin Wook sambil tersenyum.
“Ohh,,,
benar-benar Muda, Tampan, dan berbakat. Berapa usiamu?.” Tanya Bidan Resti yang
merupakan kepala Bidan ruangan Obgyn yang paling galak dan di hormati di
ruangan obgyn RSIJ.
“23
tahun..” kata Shin Wook singkat sambil tersenyum tipis.
“Baiklah..
kembali kepekerjaan kalian masing-masing. Untuk Dr. Park kamu bisa memulai
pekerjaanmu, kalau bingung bisa tanyakan kepada kami bertiga.” Kata bidan Resti
sambil berjalan keluar memanggil pasien yang akan di periksa oleh Shin Wook.
----------
Keesokan harinya dirumah Vindha, pukul 07.35 WIB.
Ting..tong..ting..tong..
Vindha
bergegas menuju pintu untuk melihat siapa yang bertamu pagi-pagi begini.
“TCcaraaaaaaa…..”
teriak seseorang dari luar sambil menutupi wajahnya dengan sebuah kaset CD
dengan sampul berwarna Hitam putih.
“Kyaaaa…
ini kan CD Super Junior ACHA.” Teriak Vindha sambil merampas CD tersebut dari
tangan Nanda sahabatnya itu. “Yaaa… kamu beli di Korea?.” Lanjut Vindha yang
benar-benar kegirangan melihat kaset yang ia damba-dambakan.
“Tentu
saja,,, itu CD asli loh. Itu untukmu, oleh-oleh ku.” Kata Nanda sambil
tersenyum dan melirik kedalam rumah Vindha. “Tidak menyuruhku masuk?” lanjut
Nanda tetap melirik kedalam rumah Vindha.
“Ahh,,
maaf. Ayo masuk..!!” ajak Vindha. “Mana tante?? Kenapa tidak kelihatan?.” Tanya
Nanda yang dari tadi melirik mencari keberadaan ibu Vindha.
“Hm… jam
segini biasanya mama kepasar kan. Ayo duduk, mau minum susu? Tadi aku lagi buat
susu nih.” kata Vindha sambil berjalan menuju dapur yang tidak begitu jauh dari
ruang tamu.
“Boleh,”
jawab Nanda singkat. Kemudian Vindha datang menghampiri Nanda sambil memberikan
segelas susu coklat hangat.
“Pokoknya hari ini kamu harus menceritakan
panjang lebar liburan kamu ke KorSel sana.” Kata Vindha sambil meminum susu coklatnya.
“Ok deh..
Disana tuh dinginnya menusuk, tapi korsel benar-benar keren. Apalagi
namja-namja nya..ckckck” kata Nanda sambil menyengir.
“Dasar
lhu… kenapa kembalinya cepat banget yah? Perasaan kamu libur 2 minggu untuk
tahun baru disana, kenapa Cuma seminggu saja diKorsel?.” Tanya Vindha sambil
meminum susunya lagi.
“yah…aku
liburnya 2 minggu, rencana sih mau tahun baru di sana. Tapi ada dua alasan
kenapa saya harus kembali ke Indonesia secepatnya.” Kata Nanda agak murung.
“Jangan
bilang, karena wisuda aku?.” Tanya Vinha merasa bersalah.
“itu
salah satunya.” Kata Nanda mengerutkan alisnya, Vindha terlihat merasa bersalah
lagi. “Hey… bukan Cuma karena kamu. Tapi karena sepupuku juga, dia pengen ikut
ke Indonesia. Katanya ada urusan di Indonesia. Nanti ku kenalkan deh.
Ehh,,,bagaimana sudah daftar kerja?” Lanjut Nanda.
“Hm… aku
dapat tawaran kerja dari dosen, besok sudah bisa mulai kerja.” Kata Vindha
sambil menghabiskan susu yang masih tersisa sedikit di gelasnya.
“Jinjjaa??
Di mana?.” Tanya Nanda penasaran sambil mengubah posisi duduknya lebih
menyondong kearah Vindha.
“Secret,
nanti juga tahu…” kata Vindha mengerjai Nanda.
“YAA!!
Dasar Vindha Jahat.”celoteh Nanda. Vindha hanya tertawa melihat tingkah Nanda
yang jengkel menghentak-hentakkan kakinya. Vindha lalu berjalan menuju pemutar
CD dan memutar CD yang baru di berikan Nanda padanya.
“SUPER JUNIOR~~ACHA”
hhmamamara marara
jejejebal hajimara
bwabwabwara bwara
nae nuneul barabwa
kajimara kajima, neoneun nal tteonaji
mara
jakku eodil jakku tto ganeun cheok
hajimara hajima, geureon mal jom hajimara
mame eobtneun mal ttak jeobeo jiwo biwo
heundeulli neun geon, neoye maeum ppun
aseul aseul mae dallin, nan sarang ye spider
jogak jogak nan, peojeul dashi da
majchwo na galsu isseo
gyeolguk neon acha, neon acha
hage dwel geol, kkok acha, imi ttae neujeo
jakkuman apa, nan apa, wae moreuna
oh michyeo, na jichyeo, nege gadhyeo
bwabwabwara barabwa, ojik neo hana
ppuni da
sesang namja deul Huh! bigyo mara
utjimara utjima, sarangeul bi utji mara
ttaeron yuchi han nae gobaek mameul yeoreo
hwe ori chineun, neo tornedo
geob eobshi ttwi eodeun, yong gamhan Don Quixote
tteona bonael geon, naega anin neol
samkyeo beorin duryeo um
gyeolguk neon acha, neon acha
hage dwel geol, kkok acha, wae neoman molla
nae sumi gappa, tto gappa gappa onda
tto dachyeo nal bachyeo neol mot nohchyeo
Oh My Gosh. neoye eodum balkhyeo Do It
Do It
nan Original. Hey, Baby Love Crash
mamamara marara jebal Do Not Break
bwabwabwara bwara, nae maljom jal deureo bwara
gyeolguk neon acha, neon acha
hage dwel geol, kkok acha, imi ttae neujeo
jakkuman apa, nan apa, wae moreuna
oh michyeo, na jichyeo, nege gadhyeo
gyeolguk neon acha, neon acha
kkok acha wae neo hanaman moreuni
nae sumi gappa tto gappa
doraseo jima, meoreojyeo kaji mara
gyeolguk neon acha, neon acha
kkok acha, tteonaji mara
jakkuman apa nan apa
Yeah
---------
Keesokan harinya. Pukul 06.30 WIB
Vindha
menuju Rumah Sakit tempat kerja pertamanya menjadi seorang tenaga kesehatan
bidan. Dengan pelan-pelan ia mengendarai motor “matic”nya agar genangan air di
jalan sisa hujan yang tadi malam turun tidak mengotori seragam putih barunya
yang bersih.
“Omo~ ini pertama kalinya aku kerja, pasti sangat menegangkan.
Aku takut salah di hari pertama, semoga
saja dokter, perawat, dan bidannya tidak galak.” Kata
Vindha didalam hati sambil menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya
melalui mulut untuk menghilangkan rasa cemasnya.
Vindha
menghentikan motornya karena lampu lalu lintas berubah warna ke merah.
Tapi,,ada sebuah mobil berwarna putih tiba-tiba mengerem mendadak disampingnya
dan naas genangan air di aspal membasahi seragam putih bersihnya hingga seragam
yang tadi putih berubah menjadi coklat.
“Hey…Tidak
tahu pelan-pelan apa? Tidak lihat lagi lampu merah? Kau harus tanggung jawab
dengan bajuku.” Teriak Vindha dan langsung turun dari motornya menghampiri
mobil di sampingnya. Ia mengetuk jendela kaca mobil itu keras-keras, tetapi
tidak di tanggapi. Ia hanya melihat sosok pria dari kaca jendela riben mobil
yang sedang menggunakan Earphone di telinganya.
Piip..Piip..Piip…
Bunyi
klakson kendaraan yang menyuruh Vindha segera menjalankan motornya karena lampu
sudah berganti warna berwarna Hijau. Mobil berwarna putih tadi telah melaju
kencang meninggalkan Vindha yang masih kesal dengan kejadian yang baru
menimpanya.
Vindha
tetap mengendarai motornya tapi kali ini lebih kencang karena kesal dengan
peristiwa tadi. “Sial.. kenapa hari ini
sial, awas yah kalau ketemu mobil berplat polisi DB 5 K akan ku hajar kau si pemilik tidak bertanggung
jawab..JJjyaaaa!!!” teriaknya dalam hati.
Ruangan Obgyn RSIJ.
Tok..tok..tok..
Bidan
Karin membuka pintu ruang obgyn dan tiba-tiba mengernyitkan alisnya melihat
seorang gadis berdiri dihadapannya dengan seragam putih kotor melekat di badan
gadis itu.
“Se,,se,,selamat
Pagi.” Ucap gadis itu terbata-bata sambil memaksakan diri untuk tersenyum.
“Pagi.
Ada apa?.” Tanya Bidan Karin ketus.
“Aku
Vindha. Bidan baru yang akan masuk mulai hari ini.” Kata vindha sambil
menggigit bibir bawahnya.
“O.. jadi
kamu bidan baru itu, kenapa seragammu kotor begitu. Seharusnya kamu memberi
kesan baik di hari pertamamu kerja, ini malah sangat mengecewakan. Bagaimana
kalau Dr. Eddy tahu kamu pasti di marahi habis-habisan. Ayo masuk!!” Celoteh
bidan Karin. Vindha pun memasuki ruangan sambil menunduk malu.
“Kenapa
seragammu?.” Tanya bidan Resti yang sedang duduk menulis laporan bersama suster
Clara dan Dr. Shin Wook yang sedang membaca Koran hingga seluruh wajahnya
tertutup oleh Koran yang ia baca.
“Tadi,
saat kesini ada mobil yang tidak sengaja mencipratkan genangan air kotor saat
dijalan.” Vindha menjawab sambil tetap menunduk.
“Apa hari
ini Dr. Eddy ada operasi?” Tanya Dr. Shin Wook dengan dialek khas dan anehnya
sambil melipat Koran yang baru selesai di bacanya. Vindha penasaran dengan
dialek anehnya itu dan langsung mengangkat kepalanya melihat orang yang
berbicara di hadapannya itu, Vindha Tercengang melihat sosok yang benar-benar
mirip dengan artis korea Favoritnya.
“Omo~~ apakah dia Cho Kyu Hyun Super Junior?.” Kata
Vindha dalam hati dengan mata yang berbinar-binar melihat Dr. Shin Wook yang
menatapnya keheranan.
“Hey…..!!!.”
teriak suster Clara mengagetkan Vindha dari lamunannya.
“Omo~~Tampannyaa…!!!!!!!!.”
Teriak Vindha yang tersentak dari lamunannya. Semua orang tertawa melihat
tingkah Vindha yang menahan malu sambil menutup mulutnya dengan kedua
tangannya, sedangkan Dr. Shin Wook hanya tersenyum simpul menatap Vindha.
“Sudahlah....
Vindha masuklah ke ruang ganti, di lemari ada seragam putih yang bersih.
Pakailah dulu sementara ini.” Kata Bidan Resti.
Setelah
Vindha mengganti pakaian.
“Hahahahaha…” terdengar suara tawa Dr. Shin
Wook memenuhi ruangan di ikuti dengan ketiga perawat dan bidan.
“Apa
hanya ini seragam yang tersisa disini?.” Tanya Vindha menahan malu sambil
tertunduk dan menggaruk-garuk kepalanya pelan. Ternyata seragam yang di kenakan
Vindha kebesaran sampai ia harus menggulung lengan bajunya agar telapak
tangannya Nampak.
“Hahaha…
kamu sangat lucu, ada kamu di sini pasti sangat mengasyikkan. Salam kenal
namaku Dr. Park Shin Wook. Aku juga baru di sini, kita bisa saling bekerja
sama.” Kata Shin Wook sambil menadahkan tangannya untuk bersalaman.
Vindha
menyambut tangan Dr. Shin Wook, tersenyum dan berkata “ Vindha Alinaya
Shindrata, salam kenal juga.” Kemudian mereka melepaskan tangan.
“Kenalkan
namaku Suster Clara, mereka adalah Bidan Resti dan Bidan Karin. Selamat bekerja
disini, kalau ada yang tidak di mengerti bisa tanyakan kepada kami.” Kata
Suster Clara sambil tersenyum. Suster Clara adalah orang yang paling ramah di
ruangan Obgyn.
“Nomor
antrian 01, Silahkan masuk.” Teriak Bidan Resti memanggil pasien pertama yang
datang ke ruangan poliklinik Obgyn RSIJ. Pasien tersebut masuk dan duduk di
hadapan Dr. Shin Wook. Terlihat semua orang sedang sibuk bekerja. Bidan Resti
bertugas memanggil Pasien dan mengurus nomor antrian pasien, Suster Clara
bertugas mengisi status pasien, Bidan Karin bertugas melayani pengambilan obat
yang di resepkan oleh dokter, Dr. Shin Wook bertugas melakukan pemeriksaan ANC
(AnteNatal Care) pada pasien yaitu memeriksa kandungan ibu termasuk melakukan
USG (Ultrasonografi untuk melihat keadaan janin di dalam kandungan), Sedangkan
aku sendiri mengambil bagian memeriksa Tanda-tanda Vital pasien seperti
mengukur Tekanan darahnya, mengukur suhu tubuh, menimbang berat badan, dan
menghitung denyut nadi.
Jam
dinding sudah menunjukkan pukul 14.00 Wib, dan pasien terakhir sudah keluar
dari ruangan poliklinik Obgyn RSIJ. Mereka semua bersiap-siap untuk pulang.
“Dok,
Vindha kami bertiga duluan yah.” Kata suster Clara sambil membuka pintu dan
keluar bersama bidan Karin dan Bidan Resti. Vindha dan Dr. Shin Wook tersenyum
sambil mengangguk pelan.
“Belum
pulang?.” Tanya Shin Wook dengan dialek khas dan anehnya itu.
“Sebentar
lagi, aku mau melihat ruangan ini dulu. Aku belum tahu tempat penyimpanan
obat-obatan, Handscoen, Kasa, dan peralatan lainnya.” Jawab Vindha sambil
memeriksa lemari penyimpanan dan rak-rak di sekitar.
“Kamu
tahu bahasa Korea selatan?.” Tanya Shin Wook lagi dan Vindha hanya sibuk
mengacak-acak isi lemari. “Tadi itu kamu berteriak Omo~, seperti dialek korea
saja.” Lanjut Shin Wook.
“Annii~yaa…
aku hanya tahu sedikit, itu pun taunya dari film dan drama korea yang ku
tonton. Aku ini seorang K-Pop lovers, Fandom ku banyak terutama Boyband Korea
Super Junior.” Jawab Vindha panjang lebar dan berbalik menatap Shin Wook sambil
tersenyum hingga memperlihatkan sisi manisnya dengan lesung pipit yang
dimilikinya.
“Biasmu
siapa? Aku juga seorang ELF (EverLasting Friends).” Kata Shin Wook membalas
senyuman Vindha.
“Jeongmal…!!!
Aku heran biasanya seorang namja itu suka Girl Band seperti T-Ara, Wonder
Girls, Kara, SNSD, 4minute, dan 2Ne1. Benar-benar aneh.” Kata Vindha sambil
mengernyitkan alis curiga kalau-kalau Shin Wook memiliki kelainan, wajah Shin
Wook memerah. “Hahaha… Bercanda. Biasku Cho Kyu Hyun, suaranya benar-benar
merdu dengan tampang yang mendukung, maknae yang benar-benar devil suka usil
sama Hyung nya. Dr. Park sendiri Biasnya siapa?.” Lanjut Vindha.
“Aku suka
Kim Heechul, seorang yang multi talent. Aku juga seorang SONE, aku sangat kagum
dengan kelembutan wajah Seo Hyun. Aku heran ini pertama kalinya kita bertemu
tapi kenapa bisa cepat akrab, padahal aku orangnya tidak begitu suka
mengobrol.” Jelas Shin Wook sambil sibuk menulis status pasien di catatan
pribadinya.
“Itu
karena kita punya kesamaan, sama-sama seorang K-Pop Lovers. Oh iya.. dok apa
aku bisa bertanya sesuatu tentang dokter? sebenarnya aku penasaran.” Kata
Vindha sambil duduk dikursi dekat meja Shin Wook.
“Kamu mau
Tanya apa?.” Tanya Shin Wook, tetap sibuk mencatat.
“Apa
dokter dari Seoul? Sudah berapa lama di Indonesia? Bahasa Indonesia dokter
cukup baik tapi hanya tersangkut di dialeknya saja, dialek korea dokter masih
kental.” Kata Vindha semangat. Shin Wook berhenti menulis dan menatap Vindha.
“Aku
tinggal di Seoul bersama orang tuaku sejak kecil, aku ke Indonesia karena
pertukaran mahasiswa Obgyn dan sementara di tempatkan praktek di Rumah sakit
ini. Aku baru tiba di Indonesia, baru tiga hari di sini. Ayahku berkebangsaan
korea sedang ibuku sendiri asli Indonesia, itulah mengapa saya bisa berbahasa
Indonesia. Sejak kecil sudah di latih berbahasa Indonesia.” Kata Shin Wook
panjang lebar.
“Ohh..jadi
begitu.” Kata Vindha sambil mengangguk.
“Baiklah..kamu
masih ingin tinggal? Aku sudah mau pulang.” Kata Shin Wook sambil berdiri dari
tempat duduknya.
“Aku juga
sudah mau pulang.” Kata Vindha sambil berdiri dan mengambil tasnya dan berjalan
di belakang Shin Wook.
Ditempat
Parkir RSIJ.
Vindha
mulai memakai helm untuk bersiap-siap mengendarai motornya, saat itu dia
melihat Dr. Shin Wook berjalan menghampiri pria yang berdiri di samping mobil
berwarna putih dengan pintu depan mobil terbuka. Pria itu sebaya dengan Dr.
Shin Wook, sepertinya dia juga seorang berkebangsaan Korea, matanya yang sipit
saat tersenyum membuatnya tampak lebih manis di banding dengan Dr. Shin Wook.
tingginya pun hampir sama dengan Dr. Shin Wook tapi pria itu kulitnya agak
lebih gelap. Mereka berpelukan seperti baru bertemu kembali setelah sekian lama
tidak berjumpa, kemudian mereka seperti mengobrol singkat dan segera masuk ke
dalam mobil tersebut. Mobil itu melaju di depan Vindha, Vindha membelalak
melihat plat mobil itu “DB5K” plat mobil yang sama mencipratinya tadi pagi.
Vindha
pun menghidupkan mesin motornya dan segera melaju mengejar mobil itu. Vindha
mengejar mobil itu dengan kecepatan penuh hingga dia akhirnya berhasil memotong
jalan mobil itu. Sentak penghuni mobil itu kaget dan mengerem mendadak. Kaca
pintu mobil putih itu terbuka, Nampak kepala seorang pria berkulit agak gelap
dengan Earphone yan melingkar di lehernya.
“Hei..Cari
mati!!!!” teriak pria itu. Vindha turun dari motornya dan membuka helmnya
sambil melangkah mendekati orang tersebut.
“Kau yang
cari mati, dasar orang yang tidak bertanggung jawab.” Teriak Vindha membalas.
Pria itu membuka pintu mobilnya dan keluar menghampiri Vindha dengan wajah
anehnya yang sangar.
“Apa
maumu!!” Teriak Pria itu sambil menatap Vindha tajam.
“Kau
harus minta maaf padaku.” Kata Vindha tegas. Pria itu mengernyitkan alis dan
tertawa.
“Apa?
Minta maaf. Hei, seharusnya kau yang meminta maaf dasar idiot.” Balas pria itu.
Wajah Vindha memerah saking marahnya, Vindha mengepalkan tangannya dan menonjok
wajah pria itu sampai terjatuh. Pria itu kaget melihat darah yang keluar dari
sela bibirnya itu, pria itu bangun dan menghampiri Vindha.
“Jo
Kwon~aaa..!!” teriak pria yang baru keluar dari mobil dan ternyata pria itu Dr.
Shin Wook. Shin Wook berlari menghampiri Vindha dan pria yang bernama Jo Kwon
itu. Shin Wook berusaha menahan Jo Kwon dari amarahnya.
“Lepaskan,,
kamu pikir aku akan membalas gadis idiot itu.” Teriak Jo kwon.
“Vindha
ada apa sebenarnya?” Tanya Shin Wook kaget melihat pertengkaran mereka. Jo Kwon
terlihat kaget mendengar perkataan temannya itu.
“Kamu
mengenal gadis Idiot ini?.” Tanya Jo Kwon heran sambil berdecik.
“Tadi
pagi, kamu yang menyetir mobil ini kan? Seharusnya kamu berhati-hati. Karenamu
hari pertama kerjaku sangat mengecewakan.” Kata Vindha dengan mata berkaca-kaca
lalu pergi meninggalkan Dr. Shin Wook dan Pria yang bernama Jo Kwon itu. Vindha
pun kembali mengendarai motor “matic”nya.
---------------
Coffeebean
and Resto Jakarta
“Sejak
kapan kamu di Indonesia?.” Tanya Shin Wook sambil melirik daftar menu yang di
berikan seorang pelayan Resto.
“Dua hari
yang lalu, kamu tau kan aku akan membuka cabang Restoku di Indonesia. Sekarang
aku sedang mencari lokasi yang strategis.” Jawab Jo Kwon menatap Shin Wook.
“Aku
pesan Coffeelatte, Jo Kwon~aa kamu pesan apa?.” Kata Shin Wook sambil
mengembalikan daftar menu kepada pelayan tadi.
“Moccachino.”
Jawab Jo Kwon singkat. Pelayan itu mengangguk pergi meninggalkan Joo Kwoon dan
Shin Wook.
“Bukankah
di Indonesia kamu ingin mencari gadis yang kamu cintai. Apa sudah kamu temukan?
Kenalkan padaku.” Kata Shin Wook sambil tersenyum.
“hahahahaha…..sudah
ku temukan gadis aneh itu.” Katanya sambil tertawa bahagia.
“Kenalkan
padaku, aku ingin mellihat gadis yang kau istimewakan sejak lama itu.” Shin
Wook tersenyum tambah penasaran. Jo Kwon hanya tersenyum labar.
“Jo
Kwon~aaaaaa……” teriak seorang gadis yang baru masuk di Coffeebean sambil melambaikan
tangannya dan menghampiri Jo Kwon dan Shin Wook.
“Apakah
gadis itu?” Tanya Shin Wook penasaran sambil melihat gadis yang datang
menghampirinya. Jo Kwon hanya menempelkan jari telunjuknya di bibirnya tanda
untuk menutup mulut.
“Kenalkan,
namanya Nanda.” kata Jo Kwon memperkenalkan gadis itu kapada Shin Wook. Nanda
tersenyum kepada Shin Wook dan menadahkan tangan untuk berjabat tangan. Shin
Wook pun menyambut tangan Nanda.
“Park
Shin Wook, senang berkenalan denganmu.” Kata Shin Wook membalas senyuman Nanda.
Nanda duduk di kursi dan melipat tangannya di atas meja.
“Jadi
kamu teman Jo Kwon yang dokter itu. Ternyata lebih tampan dari cerita Jo Kwon.”
Kata Nanda menggoda Shin Wook. Shin Wook hanya tersenyum dan salah tingkah. “Jo
Kwon~aaa…. Sepertinya aku tidak bisa membantumu mencari tempat strategis untuk
Resto barumu nanti. Mianhaeyoo.” Lanjut Nanda sambil tetap melirik Shin Wook
yang salah tingkah.
“kenapa?
Kamu kan sudah janji.” Balas Jo Kwon agak kecewa. Nanda kemudian melirik kearah
Jo Kwon.
“Aku ada
studi penelitian di Kalimantan, mungkin aku sebulan di sana. Jangan
merindukanku yah.” Kata Nanda sambil menepuk pundak Jo Kwon. Tiba-tiba nada
dering Handphone Nanda berbunyi.
OK girl neoegeman yes man
mwodeunji da haejulge
OK girl ijebuteo nikkeoya
I love you
(B1A4/OK)
“Upps…..aku
izin sebentar.” Kata Nanda sambil meninggalkan Jo Kwon dan Shin Wook. Setelah
agak jauh dari mereka berdua, Nanda mengangkat teleponnya.
“Ada apa?
Kau ada di mana? Nde, arasseo..aku segera kesana.”kata Nanda lalu menutup
handphonenya. Kemudian ia mengutak-atik Handphonenya dan pergi menahan taxi
yang lewat. Taxi pun melaju meninggalkan Coffeebean tersebut.
“Siapa?.”
Tanya Shin Wook sambil melirik Handphone yang di pegang Jo Kwon. Jo Kwon
memeriksa Handphonenya yang ternyata sebuah sms dari seseorang.
“Sms
Nanda, katanya dia minta maaf tidak dapat kembali mengobrol dengan kita.
Katanya ada urusan mendadak. Anak itu memang seperti itu, dasar bodoh.” Kata jo
Kwon agak kesal.
“Sepertinya
kamu sangat menyukainya.” Kata Shin Wook sambil meminum Coffeelattenya yang
baru saja di sediakan oleh si pelayan.
“Dia
malaikat penolongku, tanpa dia aku benar-benar bingung mau berbuat apa.” Wajah
Jo Kwon berubah kusut dan tidak bergairah sedangkan Shin Wook hanya tersenyum
melihat tingkah temannya yang sedang risau itu.
Rumah
Vindha.
Nanda
yang baru saja datang, langsung menghampiri Vindha yang berada dikamarnya
dilantai dua rumah Vindha. Kamar Vindha berwarna putih bersih didindingnya
hanya ada sebuah jam dinding berbentuk persegi panjang, ruangannya tidak
terlalu besar terdapat sebuah kasur yang nyaman, di samping kasurnya yang
nyaman terdapat sebuah lemari pakaian yang cukup besar dan bergaya modern.
Dikamar Vindha juga terdapat sebuah jendela besar yang berhadapan dengan meja
belajar dan buku-buku yang tersusun rapi diatasnya beserta dengan perangkat
computer dan sebuah telepon rumah, dan yang paling menonjol adalah lemari kaca
besar transparan yang berisi bingkai-bingkai foto kecil yang berisi gambar idolanya.
“Vinda~yaa,,,
ada apa denganmu? matamu kenapa bengkak?, kamu tidak takut ada lingkaran panda
di matamu itu. Ayolah ceritakan padaku?” kata Nanda yang kaget melihat Vindha
dengan gaya tidak karuan membukakan pintu kamar untuknya. Vindha kemudian
kembali berbaring diatas kasurnya yang nyaman, Nanda menutup pintu dan duduk
dipinggiran kasur Vindha.
“Hari ini
adalah hari terburuk sepanjang hidupku.” Kata Vindha yang kemudian menceritakan
semua detil kejadian yang ia alami hari ini.
“Kurang
ajar sekali pria aneh itu!!!” teriak Nanda sambil mengepalkan kedua tangannya
erat-erat.
“Nde…orang
aneh itu..awas kau!!!” wajah Vindha berubah sinis. Tiba-tiba Vindha mengerutkan
alis melihat Nanda yang menghayal sambil tersenyum manis. “YA!! Nanda~yaa!!!”.
Teriak Vindha. Sentak Nanda kaget mendengar teriakan Vindha.
“Aigooo!!
Vindha~yaa, kenapa denganmu?” teriak Nanda membalas teriakan Vindha sambil
mengelus-ngelus dada saking kagetnya.
“Temanmu
lagi sial, kamu masih saja menertawaiku.” Jelas Vindha cemberut.
“Hei,hei,
siapa yang menertawaimu?” Kata Nanda membela diri.
“Lalu
kenapa tadi kamu tersenyum?” Kata Vindha ngotot. Nanda hanya tersenyum manis
sambil menatap Vindha genit. Vindha menghindari tatapan aneh Nanda.
“A,a,a,ada
apa denganmu?” kata Vindha terbata-bata. Nanda semakin tersenyum lebar dan
memeluk Vindha erat-erat.
“YA!! Kau
sudah gila?” teriak Vindha sambil melepaskan pelukan Nanda.
“Nde,,aku
sudah gila.” Kata Vindha menatap langit-langit kamar sambil tersenyum.
“Vindha~yaaa!!! Aku jatuh cinta.” Jelas Nanda lalu tertunduk lesuh. Vindha
menyentuh bahu Nanda dengan jari telunjuknya dan Nanda pun menjatuhkan tubuhnya
kekasur nyaman milik Vindha.
“Jinjja?”
Tanya Vindha sambil menatap Nanda tajam-tajam.
“Nde,
dengan orang yang ku temui di Korsel itu, tapi aku belum mengungkapkan
perasaanku padanya.” Kata Nanda sambil membalikkan tubuhnya hingga ia telungkup
di kasur nyaman Vindha.
“Kenapa
tidak bilang padanya?” Tanya Vindha penasaran. Nanda kembali membalikkan
badannya dan bangun sambil memeluk Vindha. Nanda hanya terdiam dan meneteskan
air mata.
“Vindha~yaa,,
kalau kamu menyukai seseorang, aku ingin kamu mengatakan langsung pada orang
itu. Jika tidak kamu akan merasakan hal yang sama sepertiku, rasanya sangat
sakit.” Kata Nanda sambil meletakkan dagunya di bahu Vindha. Vindha melepaskan
pelukan Nanda kemudian tersenyum dan menghapus air mata sahabatnya itu.
“Aku
berjanji, tapi kamu juga harus berjanji akan mengatakan perasaanmu pada pria
itu.” Kata Vindha menyemangati sahabat karibnya itu.
“Sepertinya
aku tidak bisa janji, aku harus pergi ke Kalimantan untuk studi penelitian
disana.” Kata Nanda tersenyum simpul kepada Vindha.
“kapan?
Berapa lama disana?” Tanya Vindha kaget mendengar kata-kata sahabatnya itu.
“Aku akan
pergi besok pagi-pagi, aku hanya sebulan disana. Tapi aku ingin menitipkan
seseorang padamu.” Kata Nanda sambil memegang tangan Vindha erat-erat.
“menitipkan?
Siapa?.” Tanya Vindha Kaget.
“Dia
malaikat penolongku, tanpa dia aku tidak bisa mengetahui bagaimana itu cinta.”
Kata Nanda sabil tersenyum lebar. Wajah Vindha berubah seakan benar-benar
mengerti kata-kata yang di ucapkan Nanda.
---------------