Selasa, 29 Agustus 2017

Menafsirkan Zaman Melalui Sastra



Semasa mahasiswa, aku tidak pernah  berpikir bahwa menjadi seorang pembimbing mahasiswa tingkat akhir bisa sepenat ini. Dulu mengejar pembimbing demi kata acc itu melelahkan, tapi ternyata di kejar mahasiswa yang berburu tanda tangan itu lebih melelahkan. Waktu istirahat pun harus rela diluangkan demi sang maha-siswa. Cukup hari ini, aku hanya ingin me-refresh otakku dari berbagai jenis penelitian itu. Tanpa berpikir panjang ku buka pintu ruangan yang di depan pintu tergantung papan nama yang bertuliskan Peponi, merupakan bahasa swahili yang berarti surga.
Ruangan kecil beraroma lavender yang terdapat dari aroma pengharum ruangan yang terpajang di dinding dekat sakelar lampu yang ingin ku nyalakan. Mungkin sekitar tiga atau empat bulan ruangan ini tidak terjajah olehku. Aku merindukanmu, sangat. Kulangkahkan kakiku menuju rak yang bertuliskan roman, menatap susunan buku-buku tua yang berjajar rapi sesuai abjad dari judul buku. Seperti violin, novel roman adalah benda pelepas penat terampuh kedua. Kuraih beberapa karya-karya roman klasik dari rak tua. Aku menuju sofa berwarna maroon yang akan menggantikan ranjang empuk di kamar untuk menjadi sandaran meregangkan badanku. ku ambil salah satu buku yang cukup usang, dapat di lihat dari lipatan-lipatan tiap sudut buku yang lapuk akibat zaman. Aku tersenyum sambil membuka halaman prakata dari buku tersebut. Elizabeth Bennet dan Fitzwilliam Darcy, aku masih ingat dengan kedua tokoh ini, karya fenomenal sang Jane Austen, Pride and Prejudice. Roman abad 19 ini yang membuatku jatuh hati dengan sastra. Ku ambil smartphone dari saku kemeja ku dan mengotak-atik aplikasi pemutar musik, mencari daftar musik klasik favoritku. Beberapa detik kemudian irama violin yang dimainkan oleh violinist asal Rusia David Garrett mengalun lembut keseluruh Peponi. Menggubah karya musik klasik air milik JS.Bach dengan instrumen violin yang modern, tetap klasik tetapi terdengar lebih modern dengan teknik vibra yang memukau. Kembali kutatap karya sang Jane Austen yang ku acuhkan akibat terhipnotis dengan musik wajib bagiku di kala penat melanda. Novel yang menarik, kubuka halaman yang bertuliskan bab satu dan menikmati susunan kata demi kata, kalimat demi kalimat yang menggambarkan secara sangat detail lingkungan dan tokoh yang terjadi di dalam novel, itulah Jane Austen.  Aku tersenyum kagum dengan apa yang disuguhkan oleh Jane, pikiranku pun mulai liar mengait-ngaitkan antara Jane dan Rowling. Teknik penulisan yang dituangkan dalam Pride and Prejudice memiliki detail penulisan yang mirip dengan karya Rowling, Harry Potter the series. Aku tertarik mencari tahu, kuambil smarthphone dan membuka aplikasi internet. Mulai mengetik, penulis yang menginspirasi Rowling. Beberapa detik kemudian  nama Jane Austen benar terpampang menjadi salah satu penulis yang menginspirasi Rowling dalam situs internet yang sedang ku baca. Aku kembali tersenyum, ternyata Jane menginspirasi penulis berbakat yang karyanya melegenda. Pride and Pejudice dan Harry Potter sama-sama memiliki detail penulisan yang mampu memikat pecinta novel di seluruh dunia dan bahkan menjadi novel populer pada zamannya masing-masing.
Setelah membaca kurang lebih 10 halaman, konsentrasiku membuyar ketika aplikasi pemutar musik dalam smartphone ku berganti mengalunkan musik klasik milik Pachelbell, Canon D. Konon katanya, Canon D merupakan musik klasik yang menjadi pelopor berkembangnya musik pop modern. Aku juga belum tahu pasti, mungkin karena alunan nada dalam Canon dimainkan secara berlang-ulang, karena beberapa musik klasik yang aku dengar dari karya-karya sang maestro yang berbeda, nadanya tidak berulang seperti nada pada Canon. Satu yang pasti bahwa musik klasik memberi sumbangsi besar terhadap perkembangan musik di dunia. Sama halnya dengan sastra, antara Jane dan Rowling.
Mataku tertuju pada buku bercover hitam dengan judul The Great Gatsby, novel yang bercerita mengenai obsesi Gatsby terhadap Daisy yang berujung tragedi. F. Scott Fitzgerald menyajikan dengan mengangkat kasta sosial pada zamannya. Ku buka lembaran awal, terdapat goresan pena cair membentuk ukiran huruf indah AFS. Ukiran ini ditulis oleh cinta pertamaku, sang penakluk hati bahkan sebelum aku lahir dan selamanya menempati posisi terindah di dalam hatiku. Aku terbangun dari sofa maroon ku menuju sebuah meja belajar tua. Meja itu di hiasi oleh bingkai-bingkai foto kecil, berbagai macam foto diriku dari masih dipangkuan bunda hingga foto memakai toga ketiga ku. Ku buka laci meja dan mengambil sebuah pena tua pemberian cinta pertamaku sebagai hadiah ulang tahunku yang ke-17. Pena berwarna hitam pekat dengan corak emas dan ukiran itu lagi AFS. ku buka tutup pena dan mengambil secarik  kertas dan hendak mengukir inisial AFS, tetapi tanganku terhenti, ternyata tinta pada pena berusia belasan tahun itu sudah mengering. Aku memalingkan wajah kearah pintu yang menimbulkan bunyi "kretak" saat di buka perlahan. Di balik pintu Peponi ternyata tampak pria tua dengan kursi rodanya tersenyum ke arahku dengan membawa sebuah buku catatan miliknya. Betul. . . dia cinta pertamaku, pelindungku, maha-Guruku, dan orang yang memberikan inisial AFS di setiap buku yang ku beli. Beliau selalu berpesan "MENULISLAH" bahkan di usianya yang rentah beliau tetap menulis. Menulislah, karena setiap zaman memiliki khasnya sendiri.

* * *

 

Drama




Waktu, bisakah terulang kembali?
Kembali ke masa itu, ke saat itu,
Mengubah semua kesalahan-kesalahan yang kuperbuat padanya.

Aku menghirup oksigen, tapi kenapa dada merasa sesak.
Seperti tidak pernah menghirup oksigen.
Aku butuh tabung pernafasan untuk membuat dadaku ini lepas dari sesak.

Setelah mengakui semuanya, apa yg kurasakan padanya, apa yg terjadi padaku.
Apa yg kuperbuat, malah menambah rasa sesakku.
Dia memang tipe orang yang tidak peka.
Ataukah memang aku tidak menjadi prioritasnya.

Aku jatuh cinta padanya. Tulus. . . Aku tidak pernah memandang status sosial, pekerjaan,
Dimana dia berasal, bagaimana dia dahulu. Aku tidak peduli!
Aku tulus. . . Tapi, dikecewakan begitu saja.

Aku banyak diam melihat tingkahmu.
Aku benci pria yang tidak konsisten, aku benci pria pecicilan, aku benci pria yg ramah kesemua wanita.
Itu karena cintaku sudah terlanjur dalam.

Harusnya dia tau itu, tapi. . . Sekarang sudah terlanjur hancur.
Tidak ada yang bisa tertolong.
Rasanya sudah hilang padaku, apa yg ku harap lagi?
Yang ada hanya rasa sesak didada.
Seperti ini rasanya hidup tanpa oksigen. Sesak!
Tanpa ku sadari dia sudah menjadi oksigen untukku.

Manusia "LEMAH" sepertiku



Tambatkan hatiku pada waktu yang tepat
Tambatkan hatiku pada dia yang berjanji sehidup semati
Jika tidak, Aku belum siap menanggung sakit
Manusia lemah sepertiku, sekali hancur akan hancur berkeping keping

Jagalah hatiku untuk sesuatu yang pasti
Jagalah hatiku untuk seseorang yang engkau takdirkan
Jika tidak, Jauhkan aku pada yang tidak pasti
Manusia lemah sepertiku, berharap lebih darimu.

Selamatkan aku dari cinta
Selamatkan aku dari rasa
Jika tidak, Aku tidak akan bahagia
Manusia lemah sepertiku, mudah bersedih

Jauhkan aku dari abstrak
Dekatkan aku pada yang nyata
Jika tidak, Aku tak bisa membedakan mana baik dan buruk
Manusia lemah sepertiku, mudah depresi

Sabtu, 05 November 2016

Me and Bestie friend

Sabtu, 05 November 2016, 20.00 wita

Malam ini duduk berdua dengan sahabat SMAku "Syahdiana Amin" tapi sering di sapa "Bullung". Itu julukannya dia. hahha.

Hari ini kami bersabtu malam di sebuah cafe di wilayah Daya Makassar.  Di iringi live music dari penyanyi cafe yang memiliki suara agak ngebass. Si dian ini lagi asyik ngedownload drama korea terbaru tahun 2016 ini. yahh.. kalau saya sendiri sih lagi mendengarkan musik-musik klasik para pemusik klasik kontemporer si Yiruma, David Garrett, Lindsey Stirling, Taylor Davis, 2Cellos, dan The Pianoguys. Cek deh Channel You Tube mereka.

Kami punya alasan untuk nongkrong di cafe ini... yahh.. tidak salah lagi buat menenangkan diri dari efek kejenuhan pekerjaan dan urusan hati. Maklum, baru putus beberapa bulan lalu dengan si itu dan si anu. gak perlu dibahas terlalu lah...

Satu hal yang pasti, berserah diri saja sama sang pencipta. kita lebih memilih sama-sama memperbaiki diri dan mendewasakan diri.
kali ini postinganku NYAMPAH banget... 

Senin, 23 Februari 2015

Curhat Aneh

Makassar, 24 Februari 2015

Kehidupan yang melelahkan, dunia kerja dipelayanan dan dunia kerja dipendidikan. saya tidak habis fikir ternyata dunia yang kugeluti sekarang sungguh berat, semua orang berkompetensi dalam pekerjaan. tapi, aku tidak suka kalau ada sesama rekan kerja yang saling berkompetensi tapi dengan cara yang tidak sehat. tidak ada seorangpun yang bisa kupegang kata-katanya, saya hanya menyaksikan sikap dan tingkah laku mereka. kadang ada rekan kerja yang menjelekkan sesama, didepan bersikap baik tetapi dibelakang menjelekkan sesama. saya hanya bisa diam mendengarkan hal itu, entah saya harus berbuat apa. lebih baik mendiamkannya dan pura-pura tidak tahu, dan pura-pura tidak mendengarkan.
saya hanya ingin bekerja dengan baik, hidup dengan bahagia, tenang, dan bersahabat.
tidak bisakah semuanya menginginkan seperti itu?
"kesalapahaman" kata yang tepat untuk semuanya. menjadi penengah benar-benar melelahkan. saya tidak mau terlibat dengan mereka semua, yang saya inginkan hanya hidup tenang dan bekerja secara profesional.
dan semoga semua "kesalapahaman" yang terjadi disekitarku bisa teratasi seiring berjalannya waktu.
Semoga..... 

Kamis, 29 Januari 2015

Vindha Vs Kwon

Part 1
My Future I’m Coming……!
Aula Akademi Ilmu Kebidanan, Jakarta, Indonesia.
Ruangan Aula Akademi Ilmu kebidanan penuh sesak dengan kerumunan-kerumunan wisudawan. Yahh…benar, hari ini adalah dimana semua mahasiswa kebidanan memulai hidupnya sebagai seorang Bidan baru, tenaga kesehatan khusus untuk ibu dan anak.
Mereka semua disumpah demi agama mereka masing-masing, berjanji untuk selalu senantiasa memberikan pelayanan sesuai dengan kewajibannya sebagai seorang Bidan.
Vindha Alinaya Shindrata, tersenyum menghadap kamera untuk berfoto bersama kedua orang tuanya. Hari ini menjadi hari yang sangat bersejarah baginya, hari dimana ia dan teman-temannya telah resmi menjadi tenaga kesehatan bidan.
“Vindhaa…..!!!” teriak seorang gadis yang berlari menghampiri vindha sambil melambaikan tangan di kerumunan orang.
“Nandaa….!!!” Teriak vindha spontan ketika berbalik melihat seseorang yang memanggilnya tadi. Mereka berpelukan seperti tidak bertemu bertahun-tahun lamanya.
“Kapan pulang?? Jahat,, tidak kasih kabar ke aku. Setidaknya kan aku bisa jemput kamu di bandara.” Celetuh vindha sambil memperlihatkan senyum khas lesung pipitnya yang indah, mata sipitnya  memperlihatkan kebahagiaannya hari ini.
“Aku baru datang beberapa jam yang lalu. Aku sengaja pulang cepat-cepat dari liburan indahku untuk menghadiri wisudamu ini.” Balas Nanda sambil mengernyitkan alisnya lalu tersenyum.
“Waaahh, kamu harus cerita liburan indah ke Korea selatanmu itu denganku. Mana ole-oleku???” kata vindha sambil menadahkan kedua tangannya pada sahabat kecilnya itu. Nanda hanya menepuk tangan sahabatnya itu.
“Aisshh,, dasar kau. Nanti ku ceritakan, sekarang mari kita berpesta.” Balas Nanda singkat lalu tersenyum simpul. Mereka berdua langsung berbaur dengan kerumunan orang untuk berpesta bersama.
Ruangan Obgyn Rumah Sakit Internasional, Jakarta, Indonesia.
“Salam kenal namaku Park Shin Wook, mohon kerjasamanya”. Kata seorang pria tinggi berkulit putih dengan bahasa Indonesianya yang lancar tapi tetap dengan dialek khasnya yang aneh.
“Salam kenal juga..heheh,,” kata seorang perawat dengan senyum lebarnya. Sedangkan dua orang bidan yang terdapat diruangan obgyn tersebut hanya berdecak kagum melihat sosok pria tampan itu.
“Ohh,,,Shin Wook kamu sudah datang,” kata seorang pria tua beruban dan berbadan besar berusia kira-kira 50 tahunan dengan jubah putih bersihnya datang dari balik pintu. Shin Wook menundukkan kepalanya tanda memberi salam. “Kalian sudah saling berkenalan?” Lanjut Pria tua itu yang ternyata Dr. Eddy Rafael ketua Obgyn RSIJ (Rumah Sakit Internasional Jakarta) sambil melirik kearah perawat dan bidan-bidan yang ada diruangan itu.
“Kenalkan dia Dr. Park Shin Wook dari korea selatan, dia akan menggantikan sementara Dr. Sri Murti yang sedang melanjutkan studi kedokterannya di korea selatan.” Lanjut Dr. Eddy memperkenalkan.
“Jadi,, Dr. Park Shin Wook yang akan menggantikan Dr. Sri Murti,, Salam kenal namaku suster Clara, mereka adalah bidan Resti dan bidan Karin.” Kata suster Clara sambil menunjuk kedua rekannya, bidan Resti yang berbadan besar berumuran 38 tahun dan bidan Karin yang postur tubuhnya lebih kecil dibanding bidan Karin yang berusia 35 tahun. Sedangkan suster Clara sendiri berusia 27 tahun, mereka semua sudah berkeluarga.
“Kalian harus membantu Dr. Park, dia baru pertama kali datang ke Indonesia dan belum terlalu tahu tempat ini. Baiklah aku ada operasi SC (Sectio Caesarea) sebentar lagi” Kata Dr. Eddy sambil membuka pintu dan keluar dari ruangan, semua orang menundukkan kepala kepada Dr. Eddy.
“Aneh,tapi kenapa bahasa Indonesiamu bisa lancar?” Tanya bidan Karin yang melanjutkan obrolan kepada Shin Wook.
“Ohh… aku sudah terbiasa berbahasa Indonesia sejak kecil, ayahku berkebangsaan Korea sedangkan Ibu asli Indonesia. Ibu selalu mengajariku dan bercakap menggunakan bahasa Indonesia.” Kata Shin Wook sambil tersenyum.
“Ohh,,, benar-benar Muda, Tampan, dan berbakat. Berapa usiamu?.” Tanya Bidan Resti yang merupakan kepala Bidan ruangan Obgyn yang paling galak dan di hormati di ruangan obgyn RSIJ.
“23 tahun..” kata Shin Wook singkat sambil tersenyum tipis.
“Baiklah.. kembali kepekerjaan kalian masing-masing. Untuk Dr. Park kamu bisa memulai pekerjaanmu, kalau bingung bisa tanyakan kepada kami bertiga.” Kata bidan Resti sambil berjalan keluar memanggil pasien yang akan di periksa oleh Shin Wook.

----------

Keesokan harinya dirumah Vindha, pukul 07.35 WIB.
Ting..tong..ting..tong..
Vindha bergegas menuju pintu untuk melihat siapa yang bertamu pagi-pagi begini.
“TCcaraaaaaaa…..” teriak seseorang dari luar sambil menutupi wajahnya dengan sebuah kaset CD dengan sampul berwarna Hitam putih.
“Kyaaaa… ini kan CD Super Junior ACHA.” Teriak Vindha sambil merampas CD tersebut dari tangan Nanda sahabatnya itu. “Yaaa… kamu beli di Korea?.” Lanjut Vindha yang benar-benar kegirangan melihat kaset yang ia damba-dambakan.
“Tentu saja,,, itu CD asli loh. Itu untukmu, oleh-oleh ku.” Kata Nanda sambil tersenyum dan melirik kedalam rumah Vindha. “Tidak menyuruhku masuk?” lanjut Nanda tetap melirik kedalam rumah Vindha.
“Ahh,, maaf. Ayo masuk..!!” ajak Vindha. “Mana tante?? Kenapa tidak kelihatan?.” Tanya Nanda yang dari tadi melirik mencari keberadaan ibu Vindha.
“Hm… jam segini biasanya mama kepasar kan. Ayo duduk, mau minum susu? Tadi aku lagi buat susu nih.” kata Vindha sambil berjalan menuju dapur yang tidak begitu jauh dari ruang tamu.
“Boleh,” jawab Nanda singkat. Kemudian Vindha datang menghampiri Nanda sambil memberikan segelas susu coklat hangat.
 “Pokoknya hari ini kamu harus menceritakan panjang lebar liburan kamu ke KorSel sana.” Kata Vindha sambil meminum  susu coklatnya.
“Ok deh.. Disana tuh dinginnya menusuk, tapi korsel benar-benar keren. Apalagi namja-namja nya..ckckck” kata Nanda sambil menyengir.
“Dasar lhu… kenapa kembalinya cepat banget yah? Perasaan kamu libur 2 minggu untuk tahun baru disana, kenapa Cuma seminggu saja diKorsel?.” Tanya Vindha sambil meminum susunya lagi.
“yah…aku liburnya 2 minggu, rencana sih mau tahun baru di sana. Tapi ada dua alasan kenapa saya harus kembali ke Indonesia secepatnya.” Kata Nanda agak murung.
“Jangan bilang, karena wisuda aku?.” Tanya Vinha merasa bersalah.
“itu salah satunya.” Kata Nanda mengerutkan alisnya, Vindha terlihat merasa bersalah lagi. “Hey… bukan Cuma karena kamu. Tapi karena sepupuku juga, dia pengen ikut ke Indonesia. Katanya ada urusan di Indonesia. Nanti ku kenalkan deh. Ehh,,,bagaimana sudah daftar kerja?” Lanjut Nanda.
“Hm… aku dapat tawaran kerja dari dosen, besok sudah bisa mulai kerja.” Kata Vindha sambil menghabiskan susu yang masih tersisa sedikit di gelasnya.
“Jinjjaa?? Di mana?.” Tanya Nanda penasaran sambil mengubah posisi duduknya lebih menyondong kearah Vindha.
“Secret, nanti juga tahu…” kata Vindha mengerjai Nanda.
“YAA!! Dasar Vindha Jahat.”celoteh Nanda. Vindha hanya tertawa melihat tingkah Nanda yang jengkel menghentak-hentakkan kakinya. Vindha lalu berjalan menuju pemutar CD dan memutar CD yang baru di berikan Nanda padanya.

“SUPER JUNIOR~~ACHA”
hhmamamara marara
jejejebal hajimara
bwabwabwara bwara
nae nuneul barabwa
kajimara kajima, neoneun nal tteonaji mara
jakku eodil jakku tto ganeun cheok
hajimara hajima, geureon mal jom hajimara
mame eobtneun mal ttak jeobeo jiwo biwo
heundeulli neun geon, neoye maeum ppun
aseul aseul mae dallin, nan sarang ye spider
jogak jogak nan, peojeul dashi da
majchwo na galsu isseo
gyeolguk neon acha, neon acha
hage dwel geol, kkok acha, imi ttae neujeo
jakkuman apa, nan apa, wae moreuna
oh michyeo, na jichyeo, nege gadhyeo
bwabwabwara barabwa, ojik neo hana ppuni da
sesang namja deul Huh! bigyo mara
utjimara utjima, sarangeul bi utji mara
ttaeron yuchi han nae gobaek mameul yeoreo
hwe ori chineun, neo tornedo
geob eobshi ttwi eodeun, yong gamhan Don Quixote
tteona bonael geon, naega anin neol
samkyeo beorin duryeo um
gyeolguk neon acha, neon acha
hage dwel geol, kkok acha, wae neoman molla
nae sumi gappa, tto gappa gappa onda
tto dachyeo nal bachyeo neol mot nohchyeo
Oh My Gosh. neoye eodum balkhyeo Do It Do It
nan Original. Hey, Baby Love Crash
mamamara marara jebal Do Not Break
bwabwabwara bwara, nae maljom jal deureo bwara
gyeolguk neon acha, neon acha
hage dwel geol, kkok acha, imi ttae neujeo
jakkuman apa, nan apa, wae moreuna
oh michyeo, na jichyeo, nege gadhyeo
gyeolguk neon acha, neon acha
kkok acha wae neo hanaman moreuni
nae sumi gappa tto gappa
doraseo jima, meoreojyeo kaji mara
gyeolguk neon acha, neon acha
kkok acha, tteonaji mara
jakkuman apa nan apa
Yeah
---------


Keesokan harinya. Pukul 06.30 WIB
Vindha menuju Rumah Sakit tempat kerja pertamanya menjadi seorang tenaga kesehatan bidan. Dengan pelan-pelan ia mengendarai motor “matic”nya agar genangan air di jalan sisa hujan yang tadi malam turun tidak mengotori seragam putih barunya yang bersih.
“Omo~ ini pertama kalinya aku kerja, pasti sangat menegangkan. Aku takut salah di  hari pertama, semoga saja dokter, perawat, dan bidannya tidak galak.” Kata Vindha didalam hati sambil menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya melalui mulut untuk menghilangkan rasa cemasnya.
Vindha menghentikan motornya karena lampu lalu lintas berubah warna ke merah. Tapi,,ada sebuah mobil berwarna putih tiba-tiba mengerem mendadak disampingnya dan naas genangan air di aspal membasahi seragam putih bersihnya hingga seragam yang tadi putih berubah menjadi coklat.
“Hey…Tidak tahu pelan-pelan apa? Tidak lihat lagi lampu merah? Kau harus tanggung jawab dengan bajuku.” Teriak Vindha dan langsung turun dari motornya menghampiri mobil di sampingnya. Ia mengetuk jendela kaca mobil itu keras-keras, tetapi tidak di tanggapi. Ia hanya melihat sosok pria dari kaca jendela riben mobil yang sedang menggunakan Earphone di telinganya.
Piip..Piip..Piip…
Bunyi klakson kendaraan yang menyuruh Vindha segera menjalankan motornya karena lampu sudah berganti warna berwarna Hijau. Mobil berwarna putih tadi telah melaju kencang meninggalkan Vindha yang masih kesal dengan kejadian yang baru menimpanya.
Vindha tetap mengendarai motornya tapi kali ini lebih kencang karena kesal dengan peristiwa tadi. “Sial.. kenapa hari ini sial, awas yah kalau ketemu mobil berplat polisi DB 5 K akan ku hajar kau  si pemilik tidak bertanggung jawab..JJjyaaaa!!!” teriaknya dalam hati.


Ruangan Obgyn RSIJ.
Tok..tok..tok..
Bidan Karin membuka pintu ruang obgyn dan tiba-tiba mengernyitkan alisnya melihat seorang gadis berdiri dihadapannya dengan seragam putih kotor melekat di badan gadis itu.
“Se,,se,,selamat Pagi.” Ucap gadis itu terbata-bata sambil memaksakan diri untuk tersenyum.
“Pagi. Ada apa?.” Tanya Bidan Karin ketus.
“Aku Vindha. Bidan baru yang akan masuk mulai hari ini.” Kata vindha sambil menggigit bibir bawahnya.
“O.. jadi kamu bidan baru itu, kenapa seragammu kotor begitu. Seharusnya kamu memberi kesan baik di hari pertamamu kerja, ini malah sangat mengecewakan. Bagaimana kalau Dr. Eddy tahu kamu pasti di marahi habis-habisan. Ayo masuk!!” Celoteh bidan Karin. Vindha pun memasuki ruangan sambil menunduk malu.
“Kenapa seragammu?.” Tanya bidan Resti yang sedang duduk menulis laporan bersama suster Clara dan Dr. Shin Wook yang sedang membaca Koran hingga seluruh wajahnya tertutup oleh Koran yang ia baca.
“Tadi, saat kesini ada mobil yang tidak sengaja mencipratkan genangan air kotor saat dijalan.” Vindha menjawab sambil tetap menunduk.
“Apa hari ini Dr. Eddy ada operasi?” Tanya Dr. Shin Wook dengan dialek khas dan anehnya sambil melipat Koran yang baru selesai di bacanya. Vindha penasaran dengan dialek anehnya itu dan langsung mengangkat kepalanya melihat orang yang berbicara di hadapannya itu, Vindha Tercengang melihat sosok yang benar-benar mirip dengan artis korea Favoritnya.
“Omo~~ apakah dia Cho Kyu Hyun Super Junior?.”    Kata Vindha dalam hati dengan mata yang berbinar-binar melihat Dr. Shin Wook yang menatapnya keheranan.
“Hey…..!!!.” teriak suster Clara mengagetkan Vindha dari lamunannya.
“Omo~~Tampannyaa…!!!!!!!!.” Teriak Vindha yang tersentak dari lamunannya. Semua orang tertawa melihat tingkah Vindha yang menahan malu sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya, sedangkan Dr. Shin Wook hanya tersenyum simpul menatap Vindha.
“Sudahlah.... Vindha masuklah ke ruang ganti, di lemari ada seragam putih yang bersih. Pakailah dulu sementara ini.” Kata Bidan Resti.

Setelah Vindha mengganti pakaian.
 “Hahahahaha…” terdengar suara tawa Dr. Shin Wook memenuhi ruangan di ikuti dengan ketiga perawat dan bidan.
“Apa hanya ini seragam yang tersisa disini?.” Tanya Vindha menahan malu sambil tertunduk dan menggaruk-garuk kepalanya pelan. Ternyata seragam yang di kenakan Vindha kebesaran sampai ia harus menggulung lengan bajunya agar telapak tangannya Nampak.
“Hahaha… kamu sangat lucu, ada kamu di sini pasti sangat mengasyikkan. Salam kenal namaku Dr. Park Shin Wook. Aku juga baru di sini, kita bisa saling bekerja sama.” Kata Shin Wook sambil menadahkan tangannya untuk bersalaman.
Vindha menyambut tangan Dr. Shin Wook, tersenyum dan berkata “ Vindha Alinaya Shindrata, salam kenal juga.” Kemudian mereka melepaskan tangan.
“Kenalkan namaku Suster Clara, mereka adalah Bidan Resti dan Bidan Karin. Selamat bekerja disini, kalau ada yang tidak di mengerti bisa tanyakan kepada kami.” Kata Suster Clara sambil tersenyum. Suster Clara adalah orang yang paling ramah di ruangan Obgyn.
“Nomor antrian 01, Silahkan masuk.” Teriak Bidan Resti memanggil pasien pertama yang datang ke ruangan poliklinik Obgyn RSIJ. Pasien tersebut masuk dan duduk di hadapan Dr. Shin Wook. Terlihat semua orang sedang sibuk bekerja. Bidan Resti bertugas memanggil Pasien dan mengurus nomor antrian pasien, Suster Clara bertugas mengisi status pasien, Bidan Karin bertugas melayani pengambilan obat yang di resepkan oleh dokter, Dr. Shin Wook bertugas melakukan pemeriksaan ANC (AnteNatal Care) pada pasien yaitu memeriksa kandungan ibu termasuk melakukan USG (Ultrasonografi untuk melihat keadaan janin di dalam kandungan), Sedangkan aku sendiri mengambil bagian memeriksa Tanda-tanda Vital pasien seperti mengukur Tekanan darahnya, mengukur suhu tubuh, menimbang berat badan, dan menghitung denyut nadi.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 14.00 Wib, dan pasien terakhir sudah keluar dari ruangan poliklinik Obgyn RSIJ. Mereka semua bersiap-siap untuk pulang.
“Dok, Vindha kami bertiga duluan yah.” Kata suster Clara sambil membuka pintu dan keluar bersama bidan Karin dan Bidan Resti. Vindha dan Dr. Shin Wook tersenyum sambil mengangguk pelan.
“Belum pulang?.” Tanya Shin Wook dengan dialek khas dan anehnya itu.
“Sebentar lagi, aku mau melihat ruangan ini dulu. Aku belum tahu tempat penyimpanan obat-obatan, Handscoen, Kasa, dan peralatan lainnya.” Jawab Vindha sambil memeriksa lemari penyimpanan dan rak-rak di sekitar.
“Kamu tahu bahasa Korea selatan?.” Tanya Shin Wook lagi dan Vindha hanya sibuk mengacak-acak isi lemari. “Tadi itu kamu berteriak Omo~, seperti dialek korea saja.” Lanjut Shin Wook.
“Annii~yaa… aku hanya tahu sedikit, itu pun taunya dari film dan drama korea yang ku tonton. Aku ini seorang K-Pop lovers, Fandom ku banyak terutama Boyband Korea Super Junior.” Jawab Vindha panjang lebar dan berbalik menatap Shin Wook sambil tersenyum hingga memperlihatkan sisi manisnya dengan lesung pipit yang dimilikinya.
“Biasmu siapa? Aku juga seorang ELF (EverLasting Friends).” Kata Shin Wook membalas senyuman Vindha.
“Jeongmal…!!! Aku heran biasanya seorang namja itu suka Girl Band seperti T-Ara, Wonder Girls, Kara, SNSD, 4minute, dan 2Ne1. Benar-benar aneh.” Kata Vindha sambil mengernyitkan alis curiga kalau-kalau Shin Wook memiliki kelainan, wajah Shin Wook memerah. “Hahaha… Bercanda. Biasku Cho Kyu Hyun, suaranya benar-benar merdu dengan tampang yang mendukung, maknae yang benar-benar devil suka usil sama Hyung nya. Dr. Park sendiri Biasnya siapa?.” Lanjut Vindha.
“Aku suka Kim Heechul, seorang yang multi talent. Aku juga seorang SONE, aku sangat kagum dengan kelembutan wajah Seo Hyun. Aku heran ini pertama kalinya kita bertemu tapi kenapa bisa cepat akrab, padahal aku orangnya tidak begitu suka mengobrol.” Jelas Shin Wook sambil sibuk menulis status pasien di catatan pribadinya.
“Itu karena kita punya kesamaan, sama-sama seorang K-Pop Lovers. Oh iya.. dok apa aku bisa bertanya sesuatu tentang dokter? sebenarnya aku penasaran.” Kata Vindha sambil duduk dikursi dekat meja Shin Wook.
“Kamu mau Tanya apa?.” Tanya Shin Wook, tetap sibuk mencatat.
“Apa dokter dari Seoul? Sudah berapa lama di Indonesia? Bahasa Indonesia dokter cukup baik tapi hanya tersangkut di dialeknya saja, dialek korea dokter masih kental.” Kata Vindha semangat. Shin Wook berhenti menulis dan menatap Vindha.
“Aku tinggal di Seoul bersama orang tuaku sejak kecil, aku ke Indonesia karena pertukaran mahasiswa Obgyn dan sementara di tempatkan praktek di Rumah sakit ini. Aku baru tiba di Indonesia, baru tiga hari di sini. Ayahku berkebangsaan korea sedang ibuku sendiri asli Indonesia, itulah mengapa saya bisa berbahasa Indonesia. Sejak kecil sudah di latih berbahasa Indonesia.” Kata Shin Wook panjang lebar.
“Ohh..jadi begitu.” Kata Vindha sambil mengangguk.
“Baiklah..kamu masih ingin tinggal? Aku sudah mau pulang.” Kata Shin Wook sambil berdiri dari tempat duduknya.
“Aku juga sudah mau pulang.” Kata Vindha sambil berdiri dan mengambil tasnya dan berjalan di belakang Shin Wook.



Ditempat Parkir RSIJ.
Vindha mulai memakai helm untuk bersiap-siap mengendarai motornya, saat itu dia melihat Dr. Shin Wook berjalan menghampiri pria yang berdiri di samping mobil berwarna putih dengan pintu depan mobil terbuka. Pria itu sebaya dengan Dr. Shin Wook, sepertinya dia juga seorang berkebangsaan Korea, matanya yang sipit saat tersenyum membuatnya tampak lebih manis di banding dengan Dr. Shin Wook. tingginya pun hampir sama dengan Dr. Shin Wook tapi pria itu kulitnya agak lebih gelap. Mereka berpelukan seperti baru bertemu kembali setelah sekian lama tidak berjumpa, kemudian mereka seperti mengobrol singkat dan segera masuk ke dalam mobil tersebut. Mobil itu melaju di depan Vindha, Vindha membelalak melihat plat mobil itu “DB5K” plat mobil yang sama mencipratinya tadi pagi.
Vindha pun menghidupkan mesin motornya dan segera melaju mengejar mobil itu. Vindha mengejar mobil itu dengan kecepatan penuh hingga dia akhirnya berhasil memotong jalan mobil itu. Sentak penghuni mobil itu kaget dan mengerem mendadak. Kaca pintu mobil putih itu terbuka, Nampak kepala seorang pria berkulit agak gelap dengan Earphone yan melingkar di lehernya.
“Hei..Cari mati!!!!” teriak pria itu. Vindha turun dari motornya dan membuka helmnya sambil melangkah mendekati orang tersebut.
“Kau yang cari mati, dasar orang yang tidak bertanggung jawab.” Teriak Vindha membalas. Pria itu membuka pintu mobilnya dan keluar menghampiri Vindha dengan wajah anehnya yang sangar.
“Apa maumu!!” Teriak Pria itu sambil menatap Vindha tajam.
“Kau harus minta maaf padaku.” Kata Vindha tegas. Pria itu mengernyitkan alis dan tertawa.
“Apa? Minta maaf. Hei, seharusnya kau yang meminta maaf dasar idiot.” Balas pria itu. Wajah Vindha memerah saking marahnya, Vindha mengepalkan tangannya dan menonjok wajah pria itu sampai terjatuh. Pria itu kaget melihat darah yang keluar dari sela bibirnya itu, pria itu bangun dan menghampiri Vindha.
“Jo Kwon~aaa..!!” teriak pria yang baru keluar dari mobil dan ternyata pria itu Dr. Shin Wook. Shin Wook berlari menghampiri Vindha dan pria yang bernama Jo Kwon itu. Shin Wook berusaha menahan Jo Kwon dari amarahnya.
“Lepaskan,, kamu pikir aku akan membalas gadis idiot itu.” Teriak Jo kwon.
“Vindha ada apa sebenarnya?” Tanya Shin Wook kaget melihat pertengkaran mereka. Jo Kwon terlihat kaget mendengar perkataan temannya itu.
“Kamu mengenal gadis Idiot ini?.” Tanya Jo Kwon heran sambil berdecik.
“Tadi pagi, kamu yang menyetir mobil ini kan? Seharusnya kamu berhati-hati. Karenamu hari pertama kerjaku sangat mengecewakan.” Kata Vindha dengan mata berkaca-kaca lalu pergi meninggalkan Dr. Shin Wook dan Pria yang bernama Jo Kwon itu. Vindha pun kembali mengendarai motor “matic”nya.

---------------

Coffeebean and Resto Jakarta
“Sejak kapan kamu di Indonesia?.” Tanya Shin Wook sambil melirik daftar menu yang di berikan seorang pelayan Resto.
“Dua hari yang lalu, kamu tau kan aku akan membuka cabang Restoku di Indonesia. Sekarang aku sedang mencari lokasi yang strategis.” Jawab Jo Kwon menatap Shin Wook.
“Aku pesan Coffeelatte, Jo Kwon~aa kamu pesan apa?.” Kata Shin Wook sambil mengembalikan daftar menu kepada pelayan tadi.
“Moccachino.” Jawab Jo Kwon singkat. Pelayan itu mengangguk pergi meninggalkan Joo Kwoon dan Shin Wook.
“Bukankah di Indonesia kamu ingin mencari gadis yang kamu cintai. Apa sudah kamu temukan? Kenalkan padaku.” Kata Shin Wook sambil tersenyum.
“hahahahaha…..sudah ku temukan gadis aneh itu.” Katanya sambil tertawa bahagia.
“Kenalkan padaku, aku ingin mellihat gadis yang kau istimewakan sejak lama itu.” Shin Wook tersenyum tambah penasaran. Jo Kwon hanya tersenyum labar.
“Jo Kwon~aaaaaa……” teriak seorang gadis yang baru masuk di Coffeebean sambil melambaikan tangannya dan menghampiri Jo Kwon dan Shin Wook.
“Apakah gadis itu?” Tanya Shin Wook penasaran sambil melihat gadis yang datang menghampirinya. Jo Kwon hanya menempelkan jari telunjuknya di bibirnya tanda untuk menutup mulut.
“Kenalkan, namanya Nanda.” kata Jo Kwon memperkenalkan gadis itu kapada Shin Wook. Nanda tersenyum kepada Shin Wook dan menadahkan tangan untuk berjabat tangan. Shin Wook pun menyambut tangan Nanda.
“Park Shin Wook, senang berkenalan denganmu.” Kata Shin Wook membalas senyuman Nanda. Nanda duduk di kursi dan melipat tangannya di atas meja.
“Jadi kamu teman Jo Kwon yang dokter itu. Ternyata lebih tampan dari cerita Jo Kwon.” Kata Nanda menggoda Shin Wook. Shin Wook hanya tersenyum dan salah tingkah. “Jo Kwon~aaa…. Sepertinya aku tidak bisa membantumu mencari tempat strategis untuk Resto barumu nanti. Mianhaeyoo.” Lanjut Nanda sambil tetap melirik Shin Wook yang salah tingkah.
“kenapa? Kamu kan sudah janji.” Balas Jo Kwon agak kecewa. Nanda kemudian melirik kearah Jo Kwon.
“Aku ada studi penelitian di Kalimantan, mungkin aku sebulan di sana. Jangan merindukanku yah.” Kata Nanda sambil menepuk pundak Jo Kwon. Tiba-tiba nada dering Handphone Nanda berbunyi.
OK girl neoegeman yes man
mwodeunji da haejulge
OK girl ijebuteo nikkeoya
I love you
(B1A4/OK)

“Upps…..aku izin sebentar.” Kata Nanda sambil meninggalkan Jo Kwon dan Shin Wook. Setelah agak jauh dari mereka berdua, Nanda mengangkat teleponnya.
“Ada apa? Kau ada di mana? Nde, arasseo..aku segera kesana.”kata Nanda lalu menutup handphonenya. Kemudian ia mengutak-atik Handphonenya dan pergi menahan taxi yang lewat. Taxi pun melaju meninggalkan Coffeebean tersebut.

“Siapa?.” Tanya Shin Wook sambil melirik Handphone yang di pegang Jo Kwon. Jo Kwon memeriksa Handphonenya yang ternyata sebuah sms dari seseorang.
“Sms Nanda, katanya dia minta maaf tidak dapat kembali mengobrol dengan kita. Katanya ada urusan mendadak. Anak itu memang seperti itu, dasar bodoh.” Kata jo Kwon agak kesal.
“Sepertinya kamu sangat menyukainya.” Kata Shin Wook sambil meminum Coffeelattenya yang baru saja di sediakan oleh si pelayan.
“Dia malaikat penolongku, tanpa dia aku benar-benar bingung mau berbuat apa.” Wajah Jo Kwon berubah kusut dan tidak bergairah sedangkan Shin Wook hanya tersenyum melihat tingkah temannya yang sedang risau itu.

Rumah Vindha.
Nanda yang baru saja datang, langsung menghampiri Vindha yang berada dikamarnya dilantai dua rumah Vindha. Kamar Vindha berwarna putih bersih didindingnya hanya ada sebuah jam dinding berbentuk persegi panjang, ruangannya tidak terlalu besar terdapat sebuah kasur yang nyaman, di samping kasurnya yang nyaman terdapat sebuah lemari pakaian yang cukup besar dan bergaya modern. Dikamar Vindha juga terdapat sebuah jendela besar yang berhadapan dengan meja belajar dan buku-buku yang tersusun rapi diatasnya beserta dengan perangkat computer dan sebuah telepon rumah, dan yang paling menonjol adalah lemari kaca besar transparan yang berisi bingkai-bingkai foto kecil yang berisi gambar idolanya.
“Vinda~yaa,,, ada apa denganmu? matamu kenapa bengkak?, kamu tidak takut ada lingkaran panda di matamu itu. Ayolah ceritakan padaku?” kata Nanda yang kaget melihat Vindha dengan gaya tidak karuan membukakan pintu kamar untuknya. Vindha kemudian kembali berbaring diatas kasurnya yang nyaman, Nanda menutup pintu dan duduk dipinggiran kasur Vindha.
“Hari ini adalah hari terburuk sepanjang hidupku.” Kata Vindha yang kemudian menceritakan semua detil kejadian yang ia alami hari ini.
“Kurang ajar sekali pria aneh itu!!!” teriak Nanda sambil mengepalkan kedua tangannya erat-erat.
“Nde…orang aneh itu..awas kau!!!” wajah Vindha berubah sinis. Tiba-tiba Vindha mengerutkan alis melihat Nanda yang menghayal sambil tersenyum manis. “YA!! Nanda~yaa!!!”. Teriak Vindha. Sentak Nanda kaget mendengar teriakan Vindha.
“Aigooo!! Vindha~yaa, kenapa denganmu?” teriak Nanda membalas teriakan Vindha sambil mengelus-ngelus dada saking kagetnya.
“Temanmu lagi sial, kamu masih saja menertawaiku.” Jelas Vindha cemberut.
“Hei,hei, siapa yang menertawaimu?” Kata Nanda membela diri.
“Lalu kenapa tadi kamu tersenyum?” Kata Vindha ngotot. Nanda hanya tersenyum manis sambil menatap Vindha genit. Vindha menghindari tatapan aneh Nanda.
“A,a,a,ada apa denganmu?” kata Vindha terbata-bata. Nanda semakin tersenyum lebar dan memeluk Vindha erat-erat.
“YA!! Kau sudah gila?” teriak Vindha sambil melepaskan pelukan Nanda.
“Nde,,aku sudah gila.” Kata Vindha menatap langit-langit kamar sambil tersenyum. “Vindha~yaaa!!! Aku jatuh cinta.” Jelas Nanda lalu tertunduk lesuh. Vindha menyentuh bahu Nanda dengan jari telunjuknya dan Nanda pun menjatuhkan tubuhnya kekasur nyaman milik Vindha.
“Jinjja?” Tanya Vindha sambil menatap Nanda tajam-tajam.
“Nde, dengan orang yang ku temui di Korsel itu, tapi aku belum mengungkapkan perasaanku padanya.” Kata Nanda sambil membalikkan tubuhnya hingga ia telungkup di kasur nyaman Vindha.
“Kenapa tidak bilang padanya?” Tanya Vindha penasaran. Nanda kembali membalikkan badannya dan bangun sambil memeluk Vindha. Nanda hanya terdiam dan meneteskan air mata.
“Vindha~yaa,, kalau kamu menyukai seseorang, aku ingin kamu mengatakan langsung pada orang itu. Jika tidak kamu akan merasakan hal yang sama sepertiku, rasanya sangat sakit.” Kata Nanda sambil meletakkan dagunya di bahu Vindha. Vindha melepaskan pelukan Nanda kemudian tersenyum dan menghapus air mata sahabatnya itu.
“Aku berjanji, tapi kamu juga harus berjanji akan mengatakan perasaanmu pada pria itu.” Kata Vindha menyemangati sahabat karibnya itu.
“Sepertinya aku tidak bisa janji, aku harus pergi ke Kalimantan untuk studi penelitian disana.” Kata Nanda tersenyum simpul kepada Vindha.
“kapan? Berapa lama disana?” Tanya Vindha kaget mendengar kata-kata sahabatnya itu.
“Aku akan pergi besok pagi-pagi, aku hanya sebulan disana. Tapi aku ingin menitipkan seseorang padamu.” Kata Nanda sambil memegang tangan Vindha erat-erat.
“menitipkan? Siapa?.” Tanya Vindha Kaget.
“Dia malaikat penolongku, tanpa dia aku tidak bisa mengetahui bagaimana itu cinta.” Kata Nanda sabil tersenyum lebar. Wajah Vindha berubah seakan benar-benar mengerti kata-kata yang di ucapkan Nanda.


---------------